Senin, 13 Juni 2016

Peran Perdagangan Internasional Dalam Perekonomian Indonesia

1. DAMPAK PERDAGANGAN INTERNASIONAL TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA
Indonesia perlu melihat keadaan ekonomi dalam negeri yang masih banyak perlu dibenahi. Dalam perekonomian nasional, sering ditemui adanya sektor atau unit usaha yang masih mengandalkan fasilitas atau perlindungan dari pemerintah untuk dapat berkembang dan bertahan dalam bidang usahanya. Hal ini kemudian diperburuk dengan meluasnya korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) yang memunculkan pelaku-pelaku ekonomi dan menciptakan struktur ekonomi yang berdaya saing rendah. Unit-unit usaha yang semacam ini sebaiknya tidak dipertahankan karena akan terdesak oleh unit-unit asing yang masuk ke Indonesia. Usaha-usaha milik anak bangsa akan kalah bersaing dan menjadi pengusaha-pengusaha yang terlempar dari pasar.
Beberapa dampak perdagangan internasional bagi perekonomian Indonesia antara lain sebagai berikut :

Dampak Positif Kerja Sama Ekonomi Antarnegara atau Internasional
Perdagangan internasional memiliki dampak positif bagi Indonesia sebagai berikut:
1   Terpenuhi kebutuhan akan berbagai macam barang dan jasa.
2   Penduduk di negara yang bersangkutan dapat memperoleh barang dan jasa dengan mudah dan murah sebagai akibat dari adanya efisiensi dan spesialisasi.
3   Devisa negara meningkat.
4   Terbukanya kesempatan kerja.
5   Terciptanya persahabatan dan kerja sama antarnegara di berbagai bidang.
6   Terdorongnya kegiatan ekonomi dalam negeri.

Dampak Negatif Perdagangan Internasional bagi Perekonomian Indonesia
Selain memiliki dampak positif, perdagangan internasional juga memiliki dampak negatif. Adapun dampak negatif yang ditimbulkan oleh perdagangan internasional antara lain sebagai berikut:
1   Mundurnya industri dalam negeri jika masyarakat lebih menyukai produk-produk yang diimpor dari luar negeri. Hal ini menyebabkan pemerintah di berbagai negara melakukan kebijakan proteksi. Kebijakan proteksi yang dikeluarkan pemerintah dapat berbentuk kuota, tarif, dan subsidi.

2. Munculnya ketergantungan terhadap negara-negara maju sebagai pemilik faktor-faktor produksi. Dengan ada ketergantungan tersebut, negara-negara maju dapat menetapkan kebijakan-kebijakan ekonomi yang merugikan negara berkembang seperti Indonesia. 

3. Timbulnya Eksploitasi Sumber Daya Alam yang Berlebihan
Kerja sama ekonomi antarnegara akan mendorong suatu negara berusaha semaksimal mungkin untuk dapat mengekspor produknya ke negara lain. Akibatnya dapat terjadi eksploitas sumber daya alam yang berlebihan hanya untuk mengejar ekspor guna memenuhi kebutuhan negara lain, tanpa memperhatikan kelestariannya. Misalnya mengekspor kayu hutan yang berlebihan tanpa memperhatikan lingkungan sehingga akan mengakibatkan kerusakan hutan dan bencana alam.

4. Pasar Dalam Negeri Dikuasai oleh Produk Asing
Sesuai dengan penjelasan poin a dan b di atas, maka apabila produk dalam negeri kalah bersaing dengan produk impor, akibatnya selain banyak pengusaha-pengusaha dalam negeri yang bangkrut juga pasar dalam negeri akan dikuasi oleh produk-produk negara lain. Sehingga yang diuntungkan di sini adalah pengusaha dari negara lain.

5. Produsen Dalam Negeri yang Tidak Mampu Bersaing Akhirnya akan Menutup Usahanya
Berdasarkan penjelasan di atas, bagi para produsen yang tidak mampu bersaing dengan produk luar negeri akan mengalami penurunan usaha yang pada akhirnya mengakibatkan usahanya menjadi bangkrut. Hal ini berdampak dengan terjadinya PHK (pemutusan hubungan kerja) dan pengangguran meningkat.

2. PERAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA

Bagi banyak negara, termasuk Indonesia, perdagangan internasional mempunyai peranan sangat penting, yaitu sebagai motor penggerak perekonomian nasional. Dengan melakukan perdagangan internasional maka akan diperoleh hal-hal berikut :


1. Meningkatkan Cadangan Valuta Asing (Devisa Negara)
Perdagangan ekspor-impor dilakukan dengan menggunakan mata uang asing (biasanya dalam bentuk US$ dan Euro). Ekspor menghasilkan pemasukan devisa dalam bentuk valuta asing yang selanjutnya dapat digunakan untuk membiayai impor. Selain itu, pemerintah juga menarik bea atas kegiatan ekspor-impor. Bea yang dikenakan pada kegiatan ekspor-impor merupakan pendapatan negara yang dapat digunakan untuk membiayai pembangunan sektor-sektor ekonomi di dalam negeri.

2. Pertumbuhan Output di Dalam Negeri dan Peningkatan Pendapatan Nasional
Lebih dari 63% kenaikan ekspor Januari-Agustus 2006 disebabkan oleh kenaikan komoditas-komoditas seperti karet dan barang dari karet, bahan bakar mineral, tembaga, bijih timah, kerak dan abu logam, lemak dan minyak hewan/nabati serta kertas/karton. Meningkatkan ekspor atas komoditas-komoditas tersebut berarti pula meningkatkan produksi. Peningkatan produksi berdampak pada peningkatan pendapatan. Negara yang memproduksi barang dengan orientasi ekspor maka peningkatan permintaan dunia terhadap produk-produknya akan member dorongan positif terhadap pertumbuhan produksi di dalam negeri. Pertumbuhan output terjadi karena peningkatan produktivitas dari faktor-faktor produksi yang digunakan seperti tenaga kerja dan barang modal sehingga akan berdampak pula pada peningkatan pendapatan nasional.


3. Realokasi Sumber Daya Produksi, Diversifikasi Output, dan Internal Returns To Scale dari Perusahaan yang Mengekspor
Peningkatan produksi akan menyerap tenaga kerja yang lebih banyak sehingga penggunaan sumber daya produksi dapat dioptimalkan. Misalnya, pada bidang usaha konveksi, penggunaan mesin dapat dioptimalkan dengan melakukan sistem jam kerja 3 shif. Dengan demikian, tenaga kerja yang dibutuhkan lebih banyak sehingga akan dicapai efisiensi kerja yang lebih tinggi, antara lain efisiensi listrik; digunakan atau tidak tetap akan dikenai biaya tarif dasar listrik (TDL). Selain itu, waktu penyelesaian produksi juga akan lebih cepat. Jadi, apakah yang dimaksud dengan realokasi sumber daya produksi?, apakah dampaknya?

Realokasi sumber daya produksi adalah bahwa dengan adanya kegiatan ekspor maka sumber daya produksi seperti sumber daya alam dan tenaga kerja dapat digunakan secara optimal dengan cara direalokasikan ke industri-industri yang melakukan ekspor tersebut. Dengan meningkatnya ekspor, maka industri dapat terus mengembangkan diri dengan memproduksi jenis-jenis barang lain sehingga tercipta diversifikasi produk. Bila perusahaan atau industri dapat mencapai titik optimal (tingkat produktivitas atau efisiensi kerja yang tinggi) maka akan membuat biaya produksi per satu unit output menurun atau mencapai titik terendah (internal returns to scale).


4. Dapat Mencukupi Kebutuhan Akan Barang-Barang dan Jasa yang Tidak Diproduksi di Dalam Negeri
Ikan salmon mempunyai kandungan gizi yang sangat tinggi. Sangat bagus dikonsumsi untuk anak. Sayang Indonesia tidak mampu memproduksinya. Karena itu, Indonesia melakukan impor atas ikan salmon dari Jepang.

DAFTAR PUSTAKA

Hady, Hamady. 2001. Ekonomi Internasional Teori dan Kebijakan Perdagangan Internasional. Yogyakarta:GI

Nehen, Ketut. 2014. Perekonomian Indonesia. Bali:Undaya University.

Halwani, Hendra. 1993. Perdagangan Internasional Pendekatan Ekonomi Mikro dan Makro. Jakarta:Galia Indonesia.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar