Perekonomian
Indonesia Dewasa Ini
Kini dibawah
pemerintahan Jokowi, Indonesia telah memasuki era baru dalam segala aspek
terutama aspek perekonomian. Bersama-sama dengan Jusuf Kalla, Jokowi bertekad
untuk membangun Iandonesia dan meningkatkan pertumbuhan perekonomian Indonesia
yang sedang terpuruk.
Jokowi membuat
beberapa kebijakan ekonomi, diantaranya seperti pencabutan subsidi BBM, peningkatan
investasi dari investor asing di Indonesia. Kebijakan lain terkait ekonomi
adalah dengan membebaskan visa bagi empat negara, yaitu Rusia, Korea, Cina, dan
Jepang. Hal ini dilakukan agar mengundang banyak wisatawan sehingga menaikkan
nilai tukar rupiah.
Selain itu,
pemerintah juga memotong pajak untuk usaha yang berfokus pada ekspor dan
meningkatkan pajak untuk import barang mewah. Dan yang terakhir adalah
penggunakan Biofuel untuk menekan impor bahan bakar dari negara lain. Semua
kebijakan Jokowi tersebut demi meningkatkan ekonomi Indonesia dan memperbaiki
kesejahteraan Indonesia.
Namun,
Bagaimana kah keadaan perekonomian Indonesia saat ini?
Keadaan perekonomian pada
tahun 2016 ini, terutama nilai tukar rupiah mampu menguat tajam di awal Februari
2016 ini hingga menyentuh level 13.600 per dolar AS. Pendorong penguatan rupiah
karena performanya yang cukup atraktif jika dibandingkan dengan mata uang
lainnya. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya berdasarkan data dari Bank
Indonesia (BI), pada tanggal 14 Maret 2015, Rupiah ditutup di posisi Rp13,191
per US Dollar, dan ini adalah posisi terendah bagi mata uang Rupiah terhadap US
Dollar sejak krisis moneter tahun 1998.
Penguatan
rupiah terjadi karena adanya spekulasi masuknya dana-dana asing di tengah
adanya pelonggaran moneter oleh beberapa bank sentral terbesar di dunia.
Penguatan rupiah memang
seiring dengan penguatan mata uang Asia lainnya. Namun rupiah mampu menguat
cukup tajam. Pendorongnya adanya pernyataan dari bank sentral Jepang yang akan
menjalankan kebijakan pelonggaran moneter menyusul yang dilakukan oleh bank
sentral Eropa.
Selain itu,
penguatan rupiah tersebut karena pemerintah dan Bank Indonesia mampu menjaga
stabilitas ekonomi dengan baik. Inflasi sesuai dengan target yang
ditentukan.Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo menolak tekanan banyak
pihak untuk menurunkan suku bunga acuan pada tahun lalu dan lebih memilih
menunggu realisasi angka inflasi dan kenaikan suku bunga acuan bank sentral AS
(The Fed).Analis Aberdeen Asset Management Plc, London, Inggris, Edwin
Gutierrez, menjelaskan arus modal kembali masuk ke Indonesia dengan terjaganya
angka inflasi yang membuat rupiah terus mengalami penguatan.
Dengan ,
membaiknya perekonomian Indonesia juga mendorong persepsi pasar untuk tetap
menaruh dananya di aset-aset keuangan di Indonesia.
"Pelaku pasar telah
melihat bahwa kinerja ekonomi Indonesia sudah lebih baik secara
fundamental," jelas ekonom Barclays Plc Singapura Wai Ho Leong.
Ekonom PT Samuel Sekuritas
Rangga Cipta memperkirakan, dalam jangka menengah penguatan rupiah lebih
terbuka dengan catatan harga minyak tidak turun lebih dalam.
Di Januari kemarin
memang rupiah cukup tertekan karena pelemahan harga minyak yang berpengaruh
kepada harga komoditas. Dengan pelemahan harga komoditas tersebut membuat
neraca perdagangan Indonesia terganggu.
Pemerintah
juga, membuka lebar-lebar peluang investasi di sejumlah sektor bagi investor
asing. Hal itu tertuang dalam paket kebijakan ekonomi Jilid X yang fokus
merevisi daftar negatif investasi (DNI) pada pekan lalu.
Pemerintah mengizinkan
investor asing untuk berinvestasi dan memiliki 100 persen porsi di 35 bidang
usaha. Atas dasar itu juga rupiah menguat.
Kepala
Eksekutif Pengawas Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Nurhaida
mengatakan, penguatan nilai tukar rupiah ini akan memberikan dampak yang baik
terhadap investasi. Diharapkan tren positif ini terus berlanjut.
"Kalau nilai tukar
kita membaik, tentu nanti iklim investasi akan membaik. Akan tetapi, tentu kita
akan lihat secara detil, investasi di bidang apa dan lain-lain," ujar dia
di Jakarta.
Meskipun demikian, dia
menilai pemerintah tetap harus waspada. Itu karena fluktuasi mata uang
Indonesia tersebut masih dipengaruhi perekonomian global.
Ekonom menilai
rupiah bisa saja kembali berfluktuasi kapan saja. Kondisi penguatan rupiah
disebabkan karena derasnya aliran modal yang masuk ke Indonesia, bukan dalam
bentuk Foreign Direct Investment (FDI) melainkan uang panas alias hot
money.
Pengamat Valas,
Farial Anwar mengungkapkan, uang panas yang masuk ke Indonesia memburu
portofolio investasi di saham, surat utang, dan lainnya di pasar modal sehingga
mengangkat kurs rupiah secara signifikan. Hot money ini, sambungnya,
bebas keluar masuk tanpa ada aturan jelas.
Saat ini,
katanya, pemerintah belum dapat mengandalkan aliran investasi riil dari
Penanaman Modal Asing (PMA) maupun Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) lantaran
pertumbuhan industri sedang melambat karena guncangan dari suku bunga tinggi.
"Siapa yang mau
investasi? Industri lagi lemah begini. Yang ada faktanya PHK semua, karena kurs
Rupiah dan tingkat bunga tinggi," tegas Farial.
Karena
penguatan kurs rupiah akibat hot money, Farial mengingatkan agar pemerintah
maupun BI harus siap dengan tren pembalikan arah suatu saat nanti. Pasalnya,
diakuinya, Rupiah bukanlah mata uang yang stabil karena mudah goyah ketika ada
guncangan dari eksternal maupun internal.
Daftar
Pustaka
Arifin,
Arik. Analisis Ekonomi Politik Pemerintahan Jokowi. Diakses pada tanggal 5
Maret 2016. www.scribd.com/doc/288311142/Analisis-Ekonomi-Politik-Pemerintahan-Jokowi#scribd.
Suhendra, Zulfi. Pemerintah Rilis Kebijakan
Rupiah Kian Membaik. Diakses pada tanggal 5 Maret 2016. www.bisnis.liputan6.com/read/2437947/pemerintah-rilis-kebijakan-rupiah-kian-membaik.
Gideon,
Arthur. Rupiah Terus Menguat ke 13.388 Per Dolar AS. Diakses pada tanggal 5
Maret 2016. www.bisnis.liputan6.com/read/2447698/rupiah-terus-menguat-ke-13388-per-dolar-as.